Selasa, 04 November 2014

di SMA



kenangan


Makalah Manajemen BK



“MAKALAH MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING”
EVALUASI PROGRAM, PROSES DAN HASIL BIMBINGAN KONSELING
Dosen Pembimbing: Heru Nurachman, M.Pd







DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3:
1.                 Dwi Sri Utami                 13.21.014870
2.                 Een Rose                          13.21.015204
3.                 Maria Anita                     13.21.014861
4.                 Yakobus Ribak               13.21.014497

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2014


KATA PENGANTAR

     Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”EVALUASI PROGRAM, PROSES DAN HASIL BIMBINGAN DAN KONSELING”.
      Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: teman – teman kelompok tiga serta dosen pembimbing mata kuliah manajement bimbingan konseling.
      Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
 Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis,














DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
          A.  Latar Belakang......................................................................... 1
          B.  Rumusan Masalah................................................................... 1
          C. Tujuan Masalah........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 2
A.   Sistem Manajement dan Akuntabilitas Program....................... 2
B.   Pengertian Evaluasi................................................................... 5
C.   Tujuan Evaluasi........................................................................ 8
D.   Fungsi Evaluasi......................................................................... 9
E.    Prinsip – prinsip Evaluasi......................................................... 10
BAB III PENUTUP................................................................................. 12
A.   Kesimpulan............................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 13








BAB 1
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
     Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Tulisan ini akan membahas mengenai pengertian evaluasi pendidikan, tujuan evaluasi pendidikan, fungsi evaluasi pendidikan, dan prinsip evaluasi pendidikan.
     Selama ini model kurikulum yang berlaku adalah model kurikulum yang bersifat akademik. Kurikulum yang demikian cenderung terlalu berorientasi pada isi atau bahan pelajaran. Berdasarkan hasil beberapa penelitian ternyata model kurikulum yang demikian kurang mampu meningkatkan kemampuan anak didik secara optimal. Hal ini terbukti dari rendahnya kualitas pendidikan kita dibandingkan dengan negara lain. Sebagai contoh bahwa di beberapa negara Asean menunjukkan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada tingkat terendah, untuk mata pelajaran matematika berada pada urutan ke 32 pada tingkat SLTP. Bukti ini hanya sebagian kecil saja dari keterpurukan output pembelajaran yang selama ini dikembangkan berdasarkan kurikulum akademik yang berlaku.
     Dampak lain dari implementasi kurikulum akademik ini ternyata tidak mampu memberikan nilai etika, moral, dan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan siswa dimanapun ia berada. Maka dengan adanya evaluasi diharapkan dapat memperbaiki aspek-aspek di atas sehingga model kurikulum yang diterapkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.
B.   Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sistem manajemen dan akuntabilitas program?
2.      Apa pengertian evaluasi?
3.      Apa saja tujuan evaluasi?
4.      Apa saja fungsi – fungsi evaluasi?
5.      Apa saja Prinsip – prinsip evaluasi?

C.     Tujuan Masalah
1.     Mengetahui apa itu sistem manajemen dan akuntabilitas program
2.     Mampu mengetahui tentang pengertian evaluasi
3.     Mampu memahami apa saja tujuan evaluasi
4.     Mengetahui apa saja fungsi – fungsi evaluasi
5.     Mampu memahami apa saja prinsip – prinsip evaluasi

BAB II
PEMBAHASAN

A.   PENGERTIAN SISTEM  MANAJEMEN DAN AKUNTABILITAS PROGRAM
     Sistem informasi keseluruhan tidak hanya terdapat dalam Sistem informasi manajemen, karena tidak semua informasi di dalam organisasi dapat dimasukkan secara lengkap ke dalam sebuah sistem yang otomatis. Aspek utama dari sistem informasi akan selalu ada di luar sistem komputer.
     Di dalam usaha Pengembangan Sistem informasi manajemen yang canggih dengan berbasis komputer memerlukan orang-orang yang mempunyai ketrampilan tinggi dan berpengalaman lama dan memerlukan partisipasi dari para manajer organisasi. Karena banyak organisasi yang gagal membangun Sistem informasi manajemen disebabkan karena :
Pertama, Kurangnya organisasi yang wajar
Kedua, Kurangnya perencanaan yang memadai
Ketiga, Kurangnya personil yang handal
Keempat, Kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat.
     Sistem informasi manajemen yang baik adalah Sistem informasi manajemen yang mampu menyeimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh artinya SIM akan menghemat biaya, meningkatkan pendapatan serta tak terukur yang muncul dari informasi yang sangat bermanfaat.
     Organisasi harus menyadari apabila mereka cukup realistis dalam keinginan mereka, cermat dalam merancang dan menerapkan SIM agar sesuai keinginan serta wajar dalam menentukan batas biaya dari titik manfaat yang akan diperoleh, maka SIM yang dihasilkan akan memberikan keuntungan dan uang.
     Di dalam sebuah Sistem informasi manajemen komputer bukan prasyarat mutlak secara teoritis, namun dalam praktek Sistem informasi manajemenyang baik tidak akan ada tanpa bantuan kemampuan pemrosesan komputer. Prinsip utama perancangan Sistem informasi manajemen: Sistem informasi manajemenharus dijalin secara teliti agar mampu melayani tugas utama.
     Sistem informasi manajemen bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam subunit organisasional perusahaan. Sistem informasi manajemenmenyediakan informasi bagi pemakai dalam bentuk laporan dan output dari berbagai simulasi model matematika.
1.      PENGERTIAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
     Sistem informasi Manajemen yaitu serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.
     Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang sama. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal, perusahaan atau sub unit dibawahnya. Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang terjadi di masa lalu, apa yang terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus dan ouput dari model matematika. Output informasi digunakan oleh manajer maupun non manajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah.
     Sistem informasi manajemen di dalam perancangan, penerapan dan pengoperasiannya sangat mahal dan sulit. Upaya ini dan biaya yang diperlukan harus ditimbang-timbang. Ada beberapa faktor yang membuat SIM menjadi semakin diperlukan, antara lain bahwa manajer harus berhadapan dengan lingkungan bisnis yang semakin rumit. Salah satu alasan dari kerumitan ini adalah semakin meningkatnya dengan muncunya peraturan dari pemerintah.
     Situasi lingkungan bisnis bukan hanya rumit tetapi juga dinamis. Oleh sebab itu manajer harus membuat keputusan dengan cepat terutama dengan munculnya masalah manajemen dengan munculnya pemecahan yang memadai.
Kegiatan utama dari Semua sistem informasi, yaitu menerima data sebagai masukan (input), kemudian memprosesnya dengan melakukan penghitungan, penggabungan unsur data, pemutakhiran dan lain-lain, akhirnya memperoleh informasi sebagai keluarannya (output).
DATA : fakta-fakta atau sesuatu yang dianggap (belum mempunyai arti)
INFORMASI : data yang telah diproses atau data yang memiliki arti.
Perubahan data menjadi informasi dilakukan oleh pengolah informasi. Pengolah informasi dapat meliputi elemen-elemen komputer, non-komputer atau kombinasi keduanya.
     E-life merupakan Perkembangan Teknologi kehidupan, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e seperti E-Commerce, E-Government, E-Education, E-Library, E-Journal, E-Medicine, E-Laboratory, E-Biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis elektronika.
Untuk meningkatkan pelayanan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan menjadi faktor penting sekaligus penghematan bagi Pendidikan dan kini telah menjadi salah satu standar mutu sebuah Pendidikan. Otomatisasi/komputerisasi sistem pelayanan dan sistem informasi manajemen merupakan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah ini. Banyak lembaga Pendidikan dan Pendidikan telah mendapat manfaat dari peralatan canggih ini.
     Perkembangan Pendidikan di Indonesia yang maju sekarang ini, baik dari aspek administratif atau teknologi, maka proses pelayanan Pendidikan di Indonesia dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Untuk mengembangkan mutu Pendidikan dibutuhkan beberapa fasilitas pendukung, dimana salah satu fasilitas pendukung tersebut adalah aplikasi teknologi informasi dalam bidang sistem informasi manajemen Pendidikan.

2.      PENGERTIAN AKUNTABILITAS PROGRAM
     Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris accountability yang berarti pertanggunganjawab atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggunganjawaban. Akuntabilitas (accountability) yaitu berfungsinya seluruh komponen penggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas dan kewenangannya masing-masing. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggung jawabannya. Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.
     Pengertian akuntabilitas ini memberikan suatu petunjuk sasaran pada hampir semua reformasi sektor publik dan mendorong pada munculnya tekanan untuk pelaku kunci yang terlibat untuk bertanggungjawab dan untuk menjamin kinerja pelayanan publik yang baik. Prinsip akuntabilitas adalah merupakan pelaksanaan pertanggung jawaban dimana dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang terkait harus mampu mempertanggung jawabkan pelaksanaan kewenangan yang diberikan di bidang tugasnya. Prinsip akuntabilitas terutama berkaitan erat dengan pertanggung jawaban terhadap efektivitas kegiatan dalam pencapaian sasaran atau target kebijakan atau program yang telah ditetapkan itu.
     Pengertian akuntabilitas menurut Lawton dan Rose dapat dikatakan sebagai sebuah proses dimana seorang atau sekelompok orang yang diperlukan untuk membuat laporan aktivitas mereka dan dengan cara yang mereka sudah atau belum ketahui untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Akuntabilitas sebagai salah satu prinsip good corporate governance berkaitan dengan pertanggungjawaban pimpinan atas keputusan dan hasil yang dicapai, sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggung jawab mengelola organisasi. Prinsip akuntabilitas digunakan untuk menciptakan sistem kontrol yang efektif berdasarkan distribusi kekuasaan pemegang saham, direksi dan komisaris. Prinsip akuntabilitas menuntut 2 (dua) hal, yaitu : 1) kemampuan menjawab dan 2) konsekuensi. Komponen pertama (istilah yang bermula dari responsibilitas) adalah berhubungan dengan tuntutan bagi para aparat untuk menjawab secara periodik setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana mereka menggunakan wewenang mereka, kemana sumber daya telah digunakan dan apa yang telah tercapai dengan menggunakan sumber daya tersebut.
     Aspek yang terkandung dalam pengertian akuntabilitas adalah bahwa publik mempunyai hak untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pihak yang mereka beri kepercayaan. Media pertanggungjawaban dalam konsep akuntabilitas tidak terbatas pada laporan pertanggungjawaban saja, tetapi mencakup juga praktek-praktek kemudahan si pemberi mandat mendapatkan informasi, baik langsung maupun tidak langsung secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian, akuntabilitas akan tumbuh subur pada lingkungan yang mengutamakan keterbukaan sebagai landasan penting dan dalam suasana yang transparan dan demokrasi serta kebebasan dalam mengemukakan pendapat. Akuntabilitas, sebagai salah satu prasyarat dari penyelenggaraan negara yang baru, didasarkan pada konsep organisasi dalam manajemen, yang menyangkut :
1. Luas kewenangan dan rentang kendali (spand of control) organisasi.
2. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan (controllable) pada level manajemen atau tingkat kekuasaan tertentu.
     Pengendalian sebagai bagian penting dari masyarakat yang baik saling menunjang dengan akuntabilitas. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa pengendalian tidak dapat berjalan dengan efesien dan efektif bila tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas yang baik, demikian pula sebaliknya. Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban secara periodik. Sumber daya ini merupakan masukan bagi individu maupun unit organisasi yang seharusnya dapat diukur dan diidentifikasikan secara jelas. Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dari karyawan organisasi sehingga tercapai kelancaran dan keterpautan dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

B.   PENGERTIAN EVALUASI
     Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Mehrens & Lehmann, 1978:5). Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncankan untuk memperoleh informasi atau data; berdasarkan data tersebut kemudain dicoba membuat suatu keputusan. Sudah barang tentu informasi atau data yang dikumpulkan itu haruslah data yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.
     Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran. Norman E. Gronlund (1976) merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut: “Evaluation … a systematic prosess of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupils.”. (Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.
Dan pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa, meskipun kini memiliki makna yang lebih luas. Definsisi selanjutnya dikemukakan oleh Ralp Tyler (1950) yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum bagaimana, dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh Cronbach dan Stufflebean, yang menyatakan bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan (Arikunto, 2006).
     Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai setiap usaha atau proses dalam menentukan nilai. Secara khusus evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif  hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.
     Anne Anastasi (1978)  mengartikan evaluasi sebagai ‘a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils’. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas. Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi pendidikan adalah proses memperoleh informasi berdasarkan fakta yang ada dan dilanjutkan ke proses analisis sampai pada penenetuan keputusan. Evaluasi juga diartikan sebagai kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai, sampai di manakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Apabila tujuan yang telah dirumuskan itu direncanakan untuk dicapai secara bertahap, maka dengan evaluasi yang berkesinambungan akan dapat dipantau, tahapan manakah yang sudah dapat diselesaikan, dan mana pula tahapan yang mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Evaluasi dalam pendidikan formal merupakan faktor sangat penting untuk melihat perkembangan atau kemampuan serta keberhasilan secara keseluruhan peserta didik dalam proses belajar. Melalui Evaluasi pendidikan, sekolah dapat mengadakan penyempurnaaan terhadap program-program pendidikan yang tidak berfungsi secara maksimal dalam meningkatkan kualitas peserta didik. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sesungguhnya evaluasi adalah proses mengukur dan menilai terhadap suatu objek dengan menampilkan hubungan sebab akibat diantara faktor yang mempengaruhi objek tersebut
     Menurut W.S. Winkel, (1991: 135), menjelaskanevaluasi program bimbingan adalah mencakupusaha menilai efisiensi dan efektifitas pelayananbimbingan itu sendiri demi peningkatan mutuprogram bimbingan. Pelaksanaan evaluasi itumenuntut diadakan penelitian, denganmengumpulkan data secara sistematis, menarikkesimpulan diatas dasar data yang diperolehmengadakan penafsiran dan merencanakanlangkah-langkah perbaikan.

     Dewa Ketut Sukardi (1990: 47) menyatakan evaluasipelaksanaan program bimbingan dan konseling disekolah dimaksudkan adalah segala upaya tindakanatau proes untuk menentukan derajat kualitaskemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaanprogram bimbingan dan konseling di sekolah denganmengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentusesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan

Berdasarkan pengertian diatas, dapatlah dirumuskan bahwa :
1.       Evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan suatu usaha yang menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling demi peningkatan mutu program bimbingan dan konseling.

2.       Evaluasi program bimbingan dan konseling ialah suatu usaha penelitian, dengan cara mengumpulkan data secara sistematik, menarik kesimpulan atas data yang diperoleh secara objektif, mengadakan penafsiran dan menerapkan rencana perbaikan, pengembangan dan pengarahan staf.


     Evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses pengumpulan informasi untuk mengetahui efektivitas kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya pengambilan keputusan. Pengertian lain evaluasi adalah suatu usaha untukmendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan perilaku atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui kegiatan yang telah dilaksanakan.

     Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan, atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.

Dari paparan yang dikemukakan tersebut, dapatla ditarik suatu kesimpula mengenai evaluasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1.       Evaluasi adalah Proses menentukan atau mempertimbangkan nilai atau jumlah sesuatu melaluipenilaian yang dilakukan dengan seksama.
2.      Tujun dari dilakukannya evalusi pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling adalah untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian program layanan bimingan terebut.
3.      Prosedurnya meliputi fase persiapan, fase persiapan alat/instrument evaluasi, fase pelaksanaan kegiatan evaluasi, fase menganalisis hasil evaluasi, fase penafsiran atau interprestasi dan pelaporan hasil evaluasi




C.   TUJUAN EVALUASI
Evaluasi pendidikan memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut:
1.                    Menilai ketercapaian (attainment) tujuan. Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa, sebaliknya tujuan evaluasi akan menentukan metode evaluasi yang digunakan oleh seorang guru.
2.                   Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi. Belajar dikategorikan sebagai kognitif, psikomotor, dan afektif. Batasan tersebut umumnya dieksplisitkan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Guru menyatakan proporsi sama maka siswa dapat menekankan dalam belajar dengan proporsi yang digunakan guru dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dalam belajar. Guru memilih sarana evaluasi pada umumnya sesuai dengan tipe tujuan. Proses ini menjadikan lebih mudah dilaksanakan, jika seorang guru menyatakan tujuan dan merencanakan evaluasi secara berkaitan.
3.                   Sebagai sarana (means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui. Setiap orang masuk kelas dengan membawa pengalamannya masing-masing. Siswa mungkin juga memiliki karakteristik yang bervariasi misalnya dari keluarga ekonomi menengah atau atas, keluarga yang pecah, dan keluarga yang telah memiliki keterampilan khusus. Hal yang penting diketahui oleh guru adalah ada asumsi hasil akhirnya mengarah pada suatu hal yang sama terhadap pengetahuan mereka, dan kemudian mendapatkan dari meraka sesuatu yang sama. Pengalaman lalu tersebut kemudian digunakan sebagai awal dalam proses belajar  mengajar melalui evaluasi pretes pada para siswa. Cara yang sering dilakukan oleh guru adalah menggunakan angket dan ceklis. Berangkat dari perbedaan pengalaman yang objektif dan realistis dapat dikembangkan guna memotivasi minat belajar siswa. Disamping juga pengalaman lalu siswa dalam belajar mempunyai keperluan belajar yang bervariasi. Oleh karena itu, kebutuhan siswa perlu diperhatikan di Smping juga kekuatan, kelemahan, dan minat siswa sehingga mereka termotivsi untuk belajar atas dasar apa yang telah mereka miliki dan mereka butuhkan.
4.                   Memotivasi belajar siswa. Evaluasi juga harus dapat memotivasi belajar siswa. Guru harus menguasai bermacam-macam teknik motivasi, tetapi masih sedikit diantara para guru yang mengetahui teknik motivasi yang berkaitan dengan evaluasi. Dari penelitian menunjukan bahwa evaluasi  memotivasi belajar siswa sesaatmemang betul, tetapi untuk jangka waktu panjang masih diragukan. Hasil evaluasi akan menstimulasi  tindakan siswa. Rating hasil evaluasi yang baik akan dapat menimbulkan semangat atau dorongan untuk mempertahankan atau meningkatkan yang akhirnya memotivasi belajar  siswa secara kontinu. Tujuan evaluasi yg realistis, yang mampu memotivasi belajar para siswa dapat diturunkan dari evaluasi. Dengan merencanakan secara sistematis sejak pretes sampai ke postes, guru dapat membangkitkan semangat siswa untuk lebih tekun belajar secara kontinu.
5.                   Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling. Informasi diperlukan jika bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan, informasi yang berkaitan dengan problem pribadi seperti data kemampuan, kualitas pribadi, adaptasi sosial, kemampuan membaca, dan skor hasil belajar. Informasi juga diperlukan untuk bimbingan karier yang efektif. Identifikasi minat siswa dan pekerjaan yang disenangi adalah cara yang terbaik untuk membantu siswa memilih pekerjaan. Sering kali terjadi bahwa siswa minta terhadap gurunya  untuk membantu memecahkan problem pribadinya. Pada posisi demikian, guru perlu mengetahui informasi pribadi untuk kemudian guru mengambil keputusan terbaiknya. Proses yang berkaitan informasi pribadi tersebut dapat dilakukan dengn memberikan kuesioner , atau alat ranting untuk membantu membuat keputusan.
6.                   Menjadikan hasil evolusi sebagai dasar perubahan kurikulum. Keterkaitan evaluasi dengan instruksional adalah sangat erat. Hal ini karena evaluasi merupakan salah satu bagian dari instruksional. Di samping itu, antara instruksional engan kurikulum juga sering berkait seperti instruksional dapat berfungsi sebagai salah satu komponen penting suatu kurikulum.
Adapun tujuan evaluasi pendidikan secara umum dan khusus adalah sebagai berikut:
1.                   Tujuan Umum: Mengukur efektifitas pengajaran dan metode-metode pengajaran yang telah diterapkan dan dilaksanakan oleh pendidik serta kegiatan belajar yang telah dilaksanakan peserta didik. Menghimpun data sebagai bukti dan petunjuk terhadap tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik mencapai tujuan-tujuan kurikuler pada proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.
2.                   Tujuan Khusus: Memberikan rangsangan kepada peserta didik dalam melaksanakan program pendidikan. Menemukan faktor-faktor keberhasilan dan ketidakberhasilan dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicarikan solusinya.

D.   FUNGSI EVALUASI
Manfaat dan fungsi adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Jika suatu kegiatan berfungsi dengan baik, maka diharapkan akan mendatangkan manfaat yang besar. Sebaliknya, bila suatu kegiatan tidak berfungsi dengan baik, maka kebermanfaatan  yang akan diperoleh pun akan berkurang. Agar evaluasi yang kita jalankan mendatangkan manfaat yang besar, maka terlebih dahulu akan disampaikan fungsi dari evaluasi pendidikan, baik secara umum ataupun khusus. Secara umum Fungsi evaluasi pendidikan  adalah untuk mengukur kemajuan program, menunjang penyusunan rencana program, dan memperbaiki/menyempurnakan program kembali. Sejalan dengan tujuan evaluasi, evaluasi yang dilakukan juga memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah fungsi: a) Selektif; b) Diagnostik; c) Penempatan; d) Pengukur keberhasilan. Fungsi evaluasi Pendidikan, Menurut Anas Sudijono secara umum sebagai suatu tindakan atau proses evaluasi pendidikan memiliki tiga fungsi pokok, antara lain: a) Mengukur kemajuan program pendidikan; b) Menunjang penyusunan rencana program pendidikan; c) Memperbaiki atau menyempurnakan kembali program pendidikan. Dan secara khusus evaluasi pendidikan berfungsi:
  1. Secara psikologis, bagi peserta didik dapat mengenal kapasitas dan status dirinya dan bagi pendidik mengetahui kapasitas tetang hasil usahanya.
  2. Secara didaktik, bagi peserta didik dorongan perbaikan dan peningkatan prestasi dan bagi pendidik, fungsi diagnostik, fungsi penempatan, fungsi selektif dan fungsi bimbingan sertafungsi instruksional.
  3. Secara admnistratif, memberikan laporan, memberikan data, dan memberikan gambaran.

E.    PRINSIP – PRINSIP EVALUASI
Beberapa prinsip Evaluasi yaitu:
  1. Prinsip Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran disamping tujuan intruksional dan materi serta metode pengajaran (ingat segitiga tyler).
Tujuan intruksional, materi dan metode pengajaran, serta evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Karena itu, perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan intruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan.
  1. Prinsip keterlibatan siswa
Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif, siswa mutlak. Untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar mengajar yang dijalaninya secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Dengan demikian, eveluasi bagi siswa merupakan kebutuhan, bukan sesuatu yang ingin dihindari.
Penyajian evaluasi oleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan siswa akan informasi mengenai kemajuannya dalam program belajar – mengajar. Siswa akan merasa kecewaapabila usahanya tidak dievaluasi.
  1. Prinsip koherensi
Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur.tidak dapat dibenarkan menyusun alat evaluasi hasil belajar atau evaluasi pencapaian belajar yang mengukur bahan yang belum disajikan dalam kegiatan belajar – mengajar.
Demikian pula tidak diterima apabila alat evaluasi berisis butir yang tidak berkaitan dengan bidang kemampuan yang hendak diukur.



  1. Prinsip pedagogis
Disamping sebagai alat penilai hasil/ pencapaian belajar, evaluasi juga perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya.
Hasil evaluasi hendaknya dirasakan sebagai ganjaran (reward) yakni sebagai penghargaanbagi yang berhasil tetapi merupakan hukuman bagi yang tidak kurang berhasil
  1. Prinsip Akuntabilitas
Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak – pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggung jawaban ( accountability). Pihak – pihak termaksud antara lain orang tua, calon majikan, masyarakat lingkungan pada umumnya, dan lembaga pendidikan itu sendiri. Pihak – pihak ini perlu mengetahui keadaan kemajuan belajar siswa agar dapat dipertimbangkan pemanfaatannya.

Persoalan yang kita hadapi disini ialah sampai dimanakah gambaran yang harus kita proleh tentang kemajuan anak? Kita semua mengetahui bahwa keadaan anak merupakan sesuatu yang sangat kompleks.
  





BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
     Menilai hasil belajar merupakan bagian terakhir dari kesepuluh kiat penting dalam proses pembelajaran.Setelah menguji siswa, anda perlu mengenali sasarsan pengajaran yang akan dicapai.Kemudian anda memilih tata cara pengajaran untuk mencapai sasaran tersebut. Akhirnya, anda harus mengembangkan alat uji dan bahan untuk mengukur seberapa jauh siswa telah menguasai pengetahun yang dipelajari, dapat memperagakan keterampilan, dan menunjukkan perubahan dalam sikapnya sebagaimana yang diharapkan. Terdapat hubungan langsung antara sasaran belajar dengan soal ujian. Bebarapa ahli menyarankan agar segera setelah isi bahan ajar dan rincian tugas selesai ditulis, anda harus langsung memubat soal ujian yang berhubungan dengan isi pelajaran tadi. Tata cara dapat ditulis kembali sebagai sasaran belajar. Tata cara ini seperti perencanaan terbalik, namun hal ini menunjukkan pentingnya menghubungkan secara langsung penilaian dengan sasaran pengajaran. Sudah lazim menurukan soal ujian dari sasaran, sedangkan isi bahan ajar dan butir tugas digunakan sebagai rinciannya. Segera setelah anda puas dengan cakupan dan kelengkapan sasaran pengajaran, anda siap memikirkan cara menilai sasaran tersebut. Hasil dari kegiatan ini adalah uji akhir yang merupakan alat tukar hasil belajar pada waktu pokok bahasan atau unit pelajaran telah selesai dipelajari.
1.    Evaluasi pendidikan adalah proses memperoleh informasi berdasarkan fakta yang ada dan dilanjutkan ke prosess analisis sampai pada penenetuan keputusan.
2.                   Tujuan evaluasi pendidikan adalah mengukur efektifitas pengajaran dan metode-metode pengajaran yang telah diterapkan dan dilaksanakan oleh pendidik sertakegiatan belajar yang telah dilaksanakan.
3.                   Fungsi evaluasi pendidikan meliputi: Selektif, Diagnostik, Penempatan, dan pengukur keberhasilan.
4.                   Prinsip evaluasi pendidikan ada 5 yaitu keterpaduan, keterlibatan peserta didik, koherensi, pedagogis, dan akuntabel.








DAFTAR PUSTAKA

Dewa Ketut Sukardi.2008. Proses  Bimbingan dan Konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.