kumpulan Makalah - Makalah BK
Selasa, 04 November 2014
Makalah Manajemen BK
“MAKALAH
MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING”
EVALUASI
PROGRAM, PROSES DAN HASIL BIMBINGAN KONSELING
Dosen
Pembimbing: Heru Nurachman, M.Pd
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK
3:
1.
Dwi
Sri Utami 13.21.014870
2.
Een
Rose 13.21.015204
3.
Maria
Anita 13.21.014861
4.
Yakobus
Ribak 13.21.014497
PRODI BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2014
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang
Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak
untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul ”EVALUASI PROGRAM, PROSES DAN HASIL BIMBINGAN DAN
KONSELING”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak
bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada: teman – teman kelompok tiga serta dosen pembimbing
mata kuliah manajement bimbingan konseling.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal,
semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah
yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Akhir kata
penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan Masalah........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 2
A.
Sistem Manajement dan
Akuntabilitas Program....................... 2
B.
Pengertian Evaluasi................................................................... 5
C.
Tujuan Evaluasi........................................................................ 8
D.
Fungsi Evaluasi......................................................................... 9
E.
Prinsip – prinsip Evaluasi......................................................... 10
BAB III
PENUTUP................................................................................. 12
A.
Kesimpulan............................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 13
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari
tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan
evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi
kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Tulisan ini
akan membahas mengenai pengertian evaluasi pendidikan, tujuan evaluasi
pendidikan, fungsi evaluasi pendidikan, dan prinsip evaluasi pendidikan.
Selama ini model kurikulum yang berlaku adalah model kurikulum yang
bersifat akademik. Kurikulum yang demikian cenderung terlalu berorientasi pada
isi atau bahan pelajaran. Berdasarkan hasil beberapa penelitian ternyata model
kurikulum yang demikian kurang mampu meningkatkan kemampuan anak didik secara
optimal. Hal ini terbukti dari rendahnya kualitas pendidikan kita dibandingkan
dengan negara lain. Sebagai contoh bahwa di beberapa negara Asean menunjukkan
bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada tingkat terendah,
untuk mata pelajaran matematika berada pada urutan ke 32 pada tingkat SLTP.
Bukti ini hanya sebagian kecil saja dari keterpurukan output pembelajaran yang
selama ini dikembangkan berdasarkan kurikulum akademik yang berlaku.
Dampak lain dari implementasi kurikulum akademik ini ternyata tidak
mampu memberikan nilai etika, moral, dan nilai-nilai yang berlaku dalam
kehidupan siswa dimanapun ia berada. Maka dengan adanya evaluasi diharapkan
dapat memperbaiki aspek-aspek di atas sehingga model kurikulum yang diterapkan
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan sistem manajemen dan akuntabilitas program?
2. Apa
pengertian evaluasi?
3. Apa
saja tujuan evaluasi?
4. Apa
saja fungsi – fungsi evaluasi?
5. Apa
saja Prinsip – prinsip evaluasi?
C. Tujuan
Masalah
1.
Mengetahui apa itu sistem manajemen dan
akuntabilitas program
2.
Mampu mengetahui tentang pengertian
evaluasi
3.
Mampu memahami apa saja tujuan evaluasi
4.
Mengetahui apa saja fungsi – fungsi
evaluasi
5.
Mampu memahami apa saja prinsip –
prinsip evaluasi
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN SISTEM MANAJEMEN DAN AKUNTABILITAS
PROGRAM
Sistem
informasi keseluruhan tidak hanya terdapat dalam Sistem informasi manajemen,
karena tidak semua informasi di dalam organisasi dapat dimasukkan secara
lengkap ke dalam sebuah sistem yang otomatis. Aspek utama dari sistem informasi
akan selalu ada di luar sistem komputer.
Di dalam usaha Pengembangan Sistem informasi manajemen yang canggih dengan berbasis komputer memerlukan orang-orang yang mempunyai ketrampilan tinggi dan berpengalaman lama dan memerlukan partisipasi dari para manajer organisasi. Karena banyak organisasi yang gagal membangun Sistem informasi manajemen disebabkan karena :
Pertama, Kurangnya organisasi yang wajar
Kedua, Kurangnya perencanaan yang memadai
Ketiga, Kurangnya personil yang handal
Keempat, Kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat.
Sistem informasi manajemen yang baik adalah Sistem informasi manajemen yang mampu menyeimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh artinya SIM akan menghemat biaya, meningkatkan pendapatan serta tak terukur yang muncul dari informasi yang sangat bermanfaat.
Organisasi harus menyadari apabila mereka cukup realistis dalam keinginan mereka, cermat dalam merancang dan menerapkan SIM agar sesuai keinginan serta wajar dalam menentukan batas biaya dari titik manfaat yang akan diperoleh, maka SIM yang dihasilkan akan memberikan keuntungan dan uang.
Di dalam usaha Pengembangan Sistem informasi manajemen yang canggih dengan berbasis komputer memerlukan orang-orang yang mempunyai ketrampilan tinggi dan berpengalaman lama dan memerlukan partisipasi dari para manajer organisasi. Karena banyak organisasi yang gagal membangun Sistem informasi manajemen disebabkan karena :
Pertama, Kurangnya organisasi yang wajar
Kedua, Kurangnya perencanaan yang memadai
Ketiga, Kurangnya personil yang handal
Keempat, Kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat.
Sistem informasi manajemen yang baik adalah Sistem informasi manajemen yang mampu menyeimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh artinya SIM akan menghemat biaya, meningkatkan pendapatan serta tak terukur yang muncul dari informasi yang sangat bermanfaat.
Organisasi harus menyadari apabila mereka cukup realistis dalam keinginan mereka, cermat dalam merancang dan menerapkan SIM agar sesuai keinginan serta wajar dalam menentukan batas biaya dari titik manfaat yang akan diperoleh, maka SIM yang dihasilkan akan memberikan keuntungan dan uang.
Di dalam
sebuah Sistem informasi manajemen komputer bukan prasyarat mutlak secara
teoritis, namun dalam praktek Sistem informasi manajemenyang baik tidak akan
ada tanpa bantuan kemampuan pemrosesan komputer. Prinsip utama perancangan
Sistem informasi manajemen: Sistem informasi manajemenharus dijalin secara
teliti agar mampu melayani tugas utama.
Sistem
informasi manajemen bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi umum semua
manajer dalam perusahaan atau dalam subunit organisasional perusahaan. Sistem
informasi manajemenmenyediakan informasi bagi pemakai dalam bentuk laporan dan
output dari berbagai simulasi model matematika.
1. PENGERTIAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Sistem informasi Manajemen yaitu serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.
Sistem informasi Manajemen yaitu serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.
Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem berbasis komputer yang
menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang sama. Para
pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal, perusahaan atau sub
unit dibawahnya. Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem
utamanya mengenai apa yang terjadi di masa lalu, apa yang terjadi sekarang dan
apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Informasi tersebut tersedia
dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus dan ouput dari model matematika.
Output informasi digunakan oleh manajer maupun non manajer dalam perusahaan
saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah.
Sistem informasi manajemen di dalam perancangan, penerapan dan
pengoperasiannya sangat mahal dan sulit. Upaya ini dan biaya yang diperlukan
harus ditimbang-timbang. Ada beberapa faktor yang membuat SIM menjadi semakin
diperlukan, antara lain bahwa manajer harus berhadapan dengan lingkungan bisnis
yang semakin rumit. Salah satu alasan dari kerumitan ini adalah semakin
meningkatnya dengan muncunya peraturan dari pemerintah.
Situasi lingkungan bisnis bukan hanya rumit tetapi juga dinamis. Oleh
sebab itu manajer harus membuat keputusan dengan cepat terutama dengan
munculnya masalah manajemen dengan munculnya pemecahan yang memadai.
Kegiatan utama dari Semua sistem
informasi, yaitu menerima data sebagai masukan (input), kemudian memprosesnya
dengan melakukan penghitungan, penggabungan unsur data, pemutakhiran dan
lain-lain, akhirnya memperoleh informasi sebagai keluarannya (output).
DATA : fakta-fakta atau sesuatu yang dianggap (belum mempunyai arti)
INFORMASI : data yang telah diproses atau data yang memiliki arti.
Perubahan data menjadi informasi dilakukan oleh pengolah informasi. Pengolah informasi dapat meliputi elemen-elemen komputer, non-komputer atau kombinasi keduanya.
DATA : fakta-fakta atau sesuatu yang dianggap (belum mempunyai arti)
INFORMASI : data yang telah diproses atau data yang memiliki arti.
Perubahan data menjadi informasi dilakukan oleh pengolah informasi. Pengolah informasi dapat meliputi elemen-elemen komputer, non-komputer atau kombinasi keduanya.
E-life merupakan Perkembangan Teknologi kehidupan, artinya kehidupan ini
sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Sekarang ini
sedang semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e seperti
E-Commerce, E-Government, E-Education, E-Library, E-Journal, E-Medicine,
E-Laboratory, E-Biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis elektronika.
Untuk meningkatkan pelayanan Sistem
Informasi Manajemen Pendidikan menjadi faktor penting sekaligus penghematan
bagi Pendidikan dan kini telah menjadi salah satu standar mutu sebuah
Pendidikan. Otomatisasi/komputerisasi sistem pelayanan dan sistem informasi
manajemen merupakan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah ini. Banyak
lembaga Pendidikan dan Pendidikan telah mendapat manfaat dari peralatan canggih
ini.
Perkembangan Pendidikan di Indonesia yang maju sekarang ini, baik dari
aspek administratif atau teknologi, maka proses pelayanan Pendidikan di
Indonesia dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Untuk mengembangkan
mutu Pendidikan dibutuhkan beberapa fasilitas pendukung, dimana salah satu
fasilitas pendukung tersebut adalah aplikasi teknologi informasi dalam bidang
sistem informasi manajemen Pendidikan.
2. PENGERTIAN AKUNTABILITAS PROGRAM
Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam
bahasa Inggris accountability yang berarti pertanggunganjawab atau
keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta
pertanggunganjawaban. Akuntabilitas (accountability) yaitu
berfungsinya seluruh komponen penggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai
tugas dan kewenangannya masing-masing. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai
kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan
untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk
dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggung jawabannya. Akuntabilitas
terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal
pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan
kepada masyarakat.
Pengertian akuntabilitas ini memberikan suatu petunjuk
sasaran pada hampir semua reformasi sektor publik dan mendorong pada munculnya
tekanan untuk pelaku kunci yang terlibat untuk bertanggungjawab dan untuk
menjamin kinerja pelayanan publik yang baik. Prinsip akuntabilitas adalah
merupakan pelaksanaan pertanggung jawaban dimana dalam kegiatan yang dilakukan
oleh pihak yang terkait harus mampu mempertanggung jawabkan pelaksanaan
kewenangan yang diberikan di bidang tugasnya. Prinsip akuntabilitas terutama
berkaitan erat dengan pertanggung jawaban terhadap efektivitas kegiatan dalam
pencapaian sasaran atau target kebijakan atau program yang telah ditetapkan
itu.
Pengertian akuntabilitas menurut Lawton dan Rose dapat
dikatakan sebagai sebuah proses dimana seorang atau sekelompok orang yang
diperlukan untuk membuat laporan aktivitas mereka dan dengan cara yang mereka
sudah atau belum ketahui untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Akuntabilitas
sebagai salah satu prinsip good corporate governance berkaitan dengan
pertanggungjawaban pimpinan atas keputusan dan hasil yang dicapai, sesuai dengan
wewenang yang dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggung jawab mengelola
organisasi. Prinsip akuntabilitas digunakan untuk menciptakan sistem kontrol
yang efektif berdasarkan distribusi kekuasaan pemegang saham, direksi dan
komisaris. Prinsip akuntabilitas menuntut 2 (dua) hal, yaitu : 1) kemampuan
menjawab dan 2) konsekuensi. Komponen pertama (istilah yang bermula dari responsibilitas)
adalah berhubungan dengan tuntutan bagi para aparat untuk menjawab secara
periodik setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana mereka
menggunakan wewenang mereka, kemana sumber daya telah digunakan dan apa yang
telah tercapai dengan menggunakan sumber daya tersebut.
Aspek yang terkandung dalam pengertian akuntabilitas
adalah bahwa publik mempunyai hak untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang
diambil oleh pihak yang mereka beri kepercayaan. Media pertanggungjawaban dalam
konsep akuntabilitas tidak terbatas pada laporan pertanggungjawaban saja,
tetapi mencakup juga praktek-praktek kemudahan si pemberi mandat mendapatkan
informasi, baik langsung maupun tidak langsung secara lisan maupun tulisan.
Dengan demikian, akuntabilitas akan tumbuh subur pada lingkungan yang
mengutamakan keterbukaan sebagai landasan penting dan dalam suasana yang
transparan dan demokrasi serta kebebasan dalam mengemukakan pendapat.
Akuntabilitas, sebagai salah satu prasyarat dari penyelenggaraan negara yang
baru, didasarkan pada konsep organisasi dalam manajemen, yang menyangkut :
1. Luas kewenangan dan rentang kendali (spand of
control) organisasi.
2. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan (controllable)
pada level manajemen atau tingkat kekuasaan tertentu.
Pengendalian sebagai bagian penting dari
masyarakat yang baik saling menunjang dengan akuntabilitas. Dengan kata lain, dapat
disebutkan bahwa pengendalian tidak dapat berjalan dengan efesien dan efektif
bila tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas yang baik, demikian pula
sebaliknya. Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa akuntabilitas merupakan
perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggung
jawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan melalui media pertanggungjawaban secara periodik. Sumber daya ini
merupakan masukan bagi individu maupun unit organisasi yang seharusnya dapat
diukur dan diidentifikasikan secara jelas. Kebijakan pada dasarnya merupakan
ketentuan-ketentuan yang harus dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi
setiap usaha dari karyawan organisasi sehingga tercapai kelancaran dan
keterpautan dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
B.
PENGERTIAN
EVALUASI
Dalam
arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat
alternatif-alternatif keputusan (Mehrens & Lehmann, 1978:5). Sesuai dengan
pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan
suatu proses yang sengaja direncankan untuk memperoleh informasi atau data;
berdasarkan data tersebut kemudain dicoba membuat suatu keputusan. Sudah barang
tentu informasi atau data yang dikumpulkan itu haruslah data yang sesuai dan
mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.
Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran. Norman E. Gronlund (1976) merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut: “Evaluation … a systematic prosess of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupils.”. (Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.
Dan pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa, meskipun kini memiliki makna yang lebih luas. Definsisi selanjutnya dikemukakan oleh Ralp Tyler (1950) yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum bagaimana, dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh Cronbach dan Stufflebean, yang menyatakan bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan (Arikunto, 2006).
Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran. Norman E. Gronlund (1976) merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut: “Evaluation … a systematic prosess of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupils.”. (Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.
Dan pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa, meskipun kini memiliki makna yang lebih luas. Definsisi selanjutnya dikemukakan oleh Ralp Tyler (1950) yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum bagaimana, dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh Cronbach dan Stufflebean, yang menyatakan bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan (Arikunto, 2006).
Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai setiap usaha
atau proses dalam menentukan nilai. Secara khusus evaluasi atau
penilaian juga diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data
kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.
Anne
Anastasi (1978) mengartikan evaluasi sebagai ‘a systematic process
of determining the extent to which instructional objective are achieved by
pupils’. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan
insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu
secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas.
Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi
pendidikan adalah proses memperoleh informasi berdasarkan fakta yang ada dan
dilanjutkan ke proses analisis sampai pada penenetuan keputusan. Evaluasi juga
diartikan sebagai kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya
menilai, sampai di manakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat
dilaksanakan. Apabila tujuan yang telah dirumuskan itu direncanakan untuk
dicapai secara bertahap, maka dengan evaluasi yang berkesinambungan akan
dapat dipantau, tahapan manakah yang sudah dapat diselesaikan, dan mana pula
tahapan yang mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Evaluasi dalam pendidikan
formal merupakan faktor sangat penting untuk melihat perkembangan atau
kemampuan serta keberhasilan secara keseluruhan peserta didik
dalam proses belajar. Melalui Evaluasi pendidikan, sekolah dapat
mengadakan penyempurnaaan terhadap program-program pendidikan yang tidak berfungsi
secara maksimal dalam meningkatkan kualitas peserta didik. Dengan demikian
dapat dimengerti bahwa sesungguhnya evaluasi adalah proses mengukur dan
menilai terhadap suatu objek dengan menampilkan hubungan sebab akibat diantara
faktor yang mempengaruhi objek tersebut
Menurut W.S. Winkel, (1991: 135), menjelaskanevaluasi program
bimbingan adalah mencakupusaha menilai efisiensi dan efektifitas
pelayananbimbingan itu sendiri demi peningkatan mutuprogram bimbingan.
Pelaksanaan evaluasi itumenuntut diadakan penelitian, denganmengumpulkan data
secara sistematis, menarikkesimpulan diatas dasar data yang diperolehmengadakan
penafsiran dan merencanakanlangkah-langkah perbaikan.
Dewa Ketut
Sukardi (1990: 47) menyatakan evaluasipelaksanaan program bimbingan dan
konseling disekolah dimaksudkan adalah segala upaya tindakanatau proes untuk
menentukan derajat kualitaskemajuan kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaanprogram bimbingan dan konseling di sekolah denganmengacu pada
kriteria atau patokan-patokan tertentusesuai dengan program bimbingan yang
dilaksanakan
Berdasarkan pengertian diatas, dapatlah dirumuskan
bahwa :
1.
Evaluasi
program bimbingan dan konseling merupakan suatu usaha yang menilai efisiensi
dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling demi peningkatan mutu program
bimbingan dan konseling.
2.
Evaluasi
program bimbingan dan konseling ialah suatu usaha penelitian, dengan cara
mengumpulkan data secara sistematik, menarik kesimpulan atas data yang
diperoleh secara objektif, mengadakan penafsiran dan menerapkan rencana
perbaikan, pengembangan dan pengarahan staf.
Evaluasi dapat juga diartikan
sebagai proses pengumpulan informasi untuk mengetahui efektivitas kegiatan yang
telah dilaksanakan dalam upaya pengambilan keputusan. Pengertian lain evaluasi
adalah suatu usaha untukmendapatkan berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan
sikap dan perilaku atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui kegiatan
yang telah dilaksanakan.
Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan, atau proses untuk
menentukan derajat kualitas kemajuan yang berkaitan dengan pelaksanaan program
bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu
sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
Dari paparan
yang dikemukakan tersebut, dapatla ditarik suatu kesimpula mengenai evaluasi
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Adapun kesimpulannya adalah
sebagai berikut:
1.
Evaluasi
adalah Proses menentukan atau mempertimbangkan nilai atau jumlah sesuatu
melaluipenilaian yang dilakukan dengan seksama.
2.
Tujun dari dilakukannya evalusi pelaksanaan program
layanan bimbingan dan konseling adalah untuk mengetahui sejauh mana
ketercapaian program layanan bimingan terebut.
3.
Prosedurnya meliputi fase persiapan, fase
persiapan alat/instrument evaluasi, fase pelaksanaan kegiatan evaluasi, fase
menganalisis hasil evaluasi, fase penafsiran
atau interprestasi dan pelaporan hasil evaluasi
C.
TUJUAN
EVALUASI
Evaluasi pendidikan memiliki beberapa tujuan, antara
lain sebagai berikut:
1.
Menilai
ketercapaian (attainment) tujuan. Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode
evaluasi, dan cara belajar siswa, sebaliknya tujuan evaluasi akan menentukan
metode evaluasi yang digunakan oleh seorang guru.
2.
Mengukur
macam-macam aspek belajar yang bervariasi. Belajar dikategorikan sebagai
kognitif, psikomotor, dan afektif. Batasan tersebut umumnya dieksplisitkan
sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Guru menyatakan proporsi sama
maka siswa dapat menekankan dalam belajar dengan proporsi yang digunakan guru
dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dalam belajar. Guru
memilih sarana evaluasi pada umumnya sesuai dengan tipe tujuan. Proses ini
menjadikan lebih mudah dilaksanakan, jika seorang guru menyatakan tujuan dan
merencanakan evaluasi secara berkaitan.
3.
Sebagai
sarana (means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui. Setiap orang
masuk kelas dengan membawa pengalamannya masing-masing. Siswa mungkin juga
memiliki karakteristik yang bervariasi misalnya dari keluarga ekonomi menengah
atau atas, keluarga yang pecah, dan keluarga yang telah memiliki keterampilan
khusus. Hal yang penting diketahui oleh guru adalah ada asumsi hasil akhirnya
mengarah pada suatu hal yang sama terhadap pengetahuan mereka, dan kemudian
mendapatkan dari meraka sesuatu yang sama. Pengalaman lalu tersebut kemudian
digunakan sebagai awal dalam proses belajar mengajar melalui evaluasi
pretes pada para siswa. Cara yang sering dilakukan oleh guru adalah menggunakan
angket dan ceklis. Berangkat dari perbedaan pengalaman yang objektif dan
realistis dapat dikembangkan guna memotivasi minat belajar siswa. Disamping
juga pengalaman lalu siswa dalam belajar mempunyai keperluan belajar yang
bervariasi. Oleh karena itu, kebutuhan siswa perlu diperhatikan di Smping juga
kekuatan, kelemahan, dan minat siswa sehingga mereka termotivsi untuk belajar
atas dasar apa yang telah mereka miliki dan mereka butuhkan.
4.
Memotivasi
belajar siswa. Evaluasi juga harus dapat memotivasi belajar siswa. Guru harus
menguasai bermacam-macam teknik motivasi, tetapi masih sedikit diantara para
guru yang mengetahui teknik motivasi yang berkaitan dengan evaluasi. Dari
penelitian menunjukan bahwa evaluasi memotivasi belajar siswa
sesaatmemang betul, tetapi untuk jangka waktu panjang masih diragukan. Hasil
evaluasi akan menstimulasi tindakan siswa. Rating hasil evaluasi yang
baik akan dapat menimbulkan semangat atau dorongan untuk mempertahankan atau
meningkatkan yang akhirnya memotivasi belajar siswa secara kontinu.
Tujuan evaluasi yg realistis, yang mampu memotivasi belajar para siswa dapat
diturunkan dari evaluasi. Dengan merencanakan secara sistematis sejak pretes
sampai ke postes, guru dapat membangkitkan semangat siswa untuk lebih tekun
belajar secara kontinu.
5.
Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling. Informasi diperlukan jika
bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan, informasi yang berkaitan
dengan problem pribadi seperti data kemampuan, kualitas pribadi, adaptasi
sosial, kemampuan membaca, dan skor hasil belajar. Informasi juga diperlukan
untuk bimbingan karier yang efektif. Identifikasi minat siswa dan pekerjaan
yang disenangi adalah cara yang terbaik untuk membantu siswa memilih pekerjaan.
Sering kali terjadi bahwa siswa minta terhadap gurunya untuk membantu memecahkan
problem pribadinya. Pada posisi demikian, guru perlu mengetahui informasi
pribadi untuk kemudian guru mengambil keputusan terbaiknya. Proses yang
berkaitan informasi pribadi tersebut dapat dilakukan dengn memberikan kuesioner
, atau alat ranting untuk membantu membuat keputusan.
6.
Menjadikan hasil evolusi sebagai dasar perubahan kurikulum. Keterkaitan evaluasi dengan
instruksional adalah sangat erat. Hal ini karena evaluasi merupakan salah satu
bagian dari instruksional. Di samping itu, antara instruksional engan kurikulum
juga sering berkait seperti instruksional dapat berfungsi sebagai salah satu
komponen penting suatu kurikulum.
Adapun tujuan evaluasi pendidikan secara umum dan
khusus adalah sebagai berikut:
1.
Tujuan Umum:
Mengukur efektifitas pengajaran dan metode-metode pengajaran yang telah
diterapkan dan dilaksanakan oleh pendidik serta kegiatan belajar yang telah
dilaksanakan peserta didik. Menghimpun data sebagai bukti dan petunjuk terhadap
tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik mencapai tujuan-tujuan
kurikuler pada proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.
2.
Tujuan
Khusus: Memberikan rangsangan kepada peserta didik dalam melaksanakan program
pendidikan. Menemukan faktor-faktor keberhasilan dan ketidakberhasilan dalam
mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicarikan solusinya.
D.
FUNGSI
EVALUASI
Manfaat dan fungsi adalah dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Jika suatu kegiatan berfungsi dengan baik, maka diharapkan
akan mendatangkan manfaat yang besar. Sebaliknya, bila suatu kegiatan
tidak berfungsi dengan baik, maka kebermanfaatan yang akan diperoleh pun
akan berkurang. Agar evaluasi yang kita jalankan mendatangkan manfaat
yang besar, maka terlebih dahulu akan disampaikan fungsi dari evaluasi
pendidikan, baik secara umum ataupun khusus. Secara umum Fungsi evaluasi
pendidikan adalah untuk mengukur kemajuan program, menunjang penyusunan
rencana program, dan memperbaiki/menyempurnakan program kembali. Sejalan dengan
tujuan evaluasi, evaluasi yang dilakukan juga memiliki banyak fungsi,
diantaranya adalah fungsi: a) Selektif; b) Diagnostik; c) Penempatan; d)
Pengukur keberhasilan. Fungsi evaluasi Pendidikan, Menurut Anas Sudijono
secara umum sebagai suatu tindakan atau proses evaluasi pendidikan memiliki
tiga fungsi pokok, antara lain: a) Mengukur kemajuan program pendidikan;
b) Menunjang penyusunan rencana program pendidikan; c) Memperbaiki atau
menyempurnakan kembali program pendidikan. Dan secara khusus evaluasi
pendidikan berfungsi:
- Secara psikologis, bagi peserta didik dapat mengenal kapasitas dan status dirinya dan bagi pendidik mengetahui kapasitas tetang hasil usahanya.
- Secara didaktik, bagi peserta didik dorongan perbaikan dan peningkatan prestasi dan bagi pendidik, fungsi diagnostik, fungsi penempatan, fungsi selektif dan fungsi bimbingan sertafungsi instruksional.
- Secara admnistratif, memberikan laporan, memberikan data, dan memberikan gambaran.
E. PRINSIP –
PRINSIP EVALUASI
Beberapa prinsip Evaluasi yaitu:
- Prinsip Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program
pengajaran disamping tujuan intruksional dan materi serta metode pengajaran
(ingat segitiga tyler).
Tujuan intruksional, materi dan
metode pengajaran, serta evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak
boleh dipisahkan. Karena itu, perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada
waktu menyusun satuan pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis
dengan tujuan intruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan.
- Prinsip keterlibatan siswa
Prinsip ini berkaitan erat dengan
metode belajar CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif) yang menuntut keterlibatan
siswa secara aktif, siswa mutlak. Untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa
berhasil dalam kegiatan belajar mengajar yang dijalaninya secara aktif, siswa
membutuhkan evaluasi. Dengan demikian, eveluasi bagi siswa merupakan kebutuhan,
bukan sesuatu yang ingin dihindari.
Penyajian evaluasi oleh guru
merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan siswa akan informasi mengenai
kemajuannya dalam program belajar – mengajar. Siswa akan merasa kecewaapabila
usahanya tidak dievaluasi.
- Prinsip koherensi
Dengan prinsip koherensi dimaksudkan
evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan
sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur.tidak dapat dibenarkan
menyusun alat evaluasi hasil belajar atau evaluasi pencapaian belajar yang
mengukur bahan yang belum disajikan dalam kegiatan belajar – mengajar.
Demikian pula tidak diterima apabila
alat evaluasi berisis butir yang tidak berkaitan dengan bidang kemampuan yang
hendak diukur.
- Prinsip pedagogis
Disamping sebagai alat penilai
hasil/ pencapaian belajar, evaluasi juga perlu diterapkan sebagai upaya
perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagogis. Evaluasi dan
hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam
kegiatan belajarnya.
Hasil evaluasi hendaknya dirasakan
sebagai ganjaran (reward) yakni sebagai penghargaanbagi yang berhasil
tetapi merupakan hukuman bagi yang tidak kurang berhasil
- Prinsip Akuntabilitas
Sejauh mana keberhasilan program
pengajaran perlu disampaikan kepada pihak – pihak yang berkepentingan dengan
pendidikan sebagai laporan pertanggung jawaban ( accountability). Pihak
– pihak termaksud antara lain orang tua, calon majikan, masyarakat lingkungan
pada umumnya, dan lembaga pendidikan itu sendiri. Pihak – pihak ini perlu
mengetahui keadaan kemajuan belajar siswa agar dapat dipertimbangkan
pemanfaatannya.
Persoalan
yang kita hadapi disini ialah sampai dimanakah gambaran yang harus kita proleh
tentang kemajuan anak? Kita semua mengetahui bahwa keadaan anak merupakan
sesuatu yang sangat kompleks.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Menilai hasil belajar merupakan
bagian terakhir dari kesepuluh kiat penting dalam proses pembelajaran.Setelah menguji
siswa, anda perlu mengenali sasarsan pengajaran yang akan dicapai.Kemudian anda
memilih tata cara pengajaran untuk mencapai sasaran tersebut. Akhirnya, anda
harus mengembangkan alat uji dan bahan untuk mengukur seberapa jauh siswa telah
menguasai pengetahun yang dipelajari, dapat memperagakan keterampilan, dan
menunjukkan perubahan dalam sikapnya sebagaimana yang diharapkan. Terdapat
hubungan langsung antara sasaran belajar dengan soal ujian. Bebarapa ahli
menyarankan agar segera setelah isi bahan ajar dan rincian tugas selesai
ditulis, anda harus langsung memubat soal ujian yang berhubungan dengan isi
pelajaran tadi. Tata cara dapat ditulis kembali sebagai sasaran belajar. Tata
cara ini seperti perencanaan terbalik, namun hal ini menunjukkan pentingnya
menghubungkan secara langsung penilaian dengan sasaran pengajaran. Sudah lazim
menurukan soal ujian dari sasaran, sedangkan isi bahan ajar dan butir tugas
digunakan sebagai rinciannya. Segera setelah anda puas dengan cakupan dan
kelengkapan sasaran pengajaran, anda siap memikirkan cara menilai sasaran
tersebut. Hasil dari kegiatan ini adalah uji akhir yang merupakan alat tukar
hasil belajar pada waktu pokok bahasan atau unit pelajaran telah selesai
dipelajari.
1. Evaluasi pendidikan adalah proses
memperoleh informasi berdasarkan fakta yang ada dan dilanjutkan ke prosess
analisis sampai pada penenetuan keputusan.
2.
Tujuan
evaluasi pendidikan adalah mengukur efektifitas pengajaran dan metode-metode
pengajaran yang telah diterapkan dan dilaksanakan oleh pendidik sertakegiatan
belajar yang telah dilaksanakan.
3.
Fungsi
evaluasi pendidikan meliputi: Selektif, Diagnostik, Penempatan, dan pengukur
keberhasilan.
4.
Prinsip
evaluasi pendidikan ada 5 yaitu keterpaduan, keterlibatan peserta didik,
koherensi, pedagogis, dan akuntabel.
DAFTAR PUSTAKA
Dewa Ketut Sukardi.2008. Proses
Bimbingan dan Konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
http://www.pengertiandefinisi.com/2011/12/pengertian-evaluasi.html pada
tanggal 9 Maret 2012.
Langganan:
Postingan (Atom)